Banyaknya
waktu yang sudah berlalu membuat ku terlena didalamnya. Namun bukan terlena
karena kebahagian yang aku hadapi, melainkan terlena dalam keterpurukan. Karena
bodohnya aku, yang seharusnya seorang manusia itu terlena dengan kebahagiaan
yang sudah mereka buat, tapi tidak untuk ku. Aku sudah berada dalam titik
kebodohan karena cinta yang tak sampai. Bodoh karena selalu memperjuangkan
cinta yang percuma. Sempat aku merasa ingin mengakhiri hidup ku karena cinta
yang percuma ini. Saat aku tau aku hanya kau manfaatkan, aku merasa hampir tak
ada tujuan hidup.
Kau memanfaatkan ku mengataskan nama
cinta mu kepada ku, sampai-sampai aku terhanyut dengan semua bualan mu. Aku
benar-benar menganggap bahwa kau masih mencintai ku, sampai pada akhirnya aku
tau disetiap susah mu kau membutuhkan ku, tapi dikebahagiaan mu kau pergi
bersama yang lain. Setiap kali aku mengingatnya ingin rasanya aku membenci mu,
dan aku selalu berusaha ingin membenci mu, walaupun itu semua susah bagi ku
untuk ku lakukan.
Dengan semua pemikiran itu, aku
merasa aku hampir gila. Karena setiap apa yang aku fikirkan tak pernah sejalan
dengan perasaan. Tapi waktu terus berjalan, bahkan didalam waktu itu aku sempat
betemu dengan dia. Dia adalah seseorang yang dapat mengerti bahwa ada orang
lain yang saat itu sedang membutuhkan pertolongan. Aku yang saat itu berada
ditengah-tengah peperangan, sehingga sulit bagi ku untuk keluar dari lingkaran
peperangan itu. Peperangan antara perasaan dan pemikiran membuat ku menjadi
lemah, karena tak ada satupun yang mendorong ku untuk berjuang.
Disaat-saat seperti itu, dia datang
untuk membuat peperangan itu menjadi tenang dan damai. Bahkan aku sudah
membuatnya masuk dalam peperangan ku, tapi pada akhirnya peperangan tersebut
berhenti. Dan hanya tinnggal sisa-sisa peperangan sajalah yang masih
tertinggal. Sampai aku measa kagum dan hampir tidak bisa berkata apa-apa.
Karena rasa kekaguman ku untuknya aku ingin mengungkapkan rasa terimakasih ku
padanya.
Walaupun dia adalah sahabat dari
seseorang yang sudah menghancurkan ku, aku tetap ingin mengucapkan perasaan
terimakasih ku padanya. Bahkan aku senang dan berteimakasi kepada sang tuhan
yang sudah membiarkan waktu mempertemukan dia untuk ku. Walaupun apa yang aku
sampaikan tidak secara langsung, tapi aku ingin mengucapkan “Bolehkah aku menandai mu dalam kisah ku.
Sebagai sosok penasehat dan penyemangat dalam keluh kesah ku. Aku merasa nyaman
ketika aku bercerita tentang masalah ku. Kau adalah sosok yang dapat mengerti
dalam kedukaan sang pengemis cinta. Pengemis yang selalu meminta waktunya untuk
perduli. Tapi kepedulian itu hanya dianggap sebagai segumpal kapas. Kapas yang
terombang ambing karena diterpa oleh angin kekecewaan. Selalu digantung dengan
setiap keputusan”.
Terimakasih
Sahabat. Walau kita hanya baru saling mengenal tpi perkenalan itu tak pernah
sia-sia bagi ku. Teruslah menjadi seseorang yang selalu menjadi kasih dan
cahaya bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar